Burung Hantu – Taksonomi, Morfologi, Sikap, Jenis & Kelangkaan


Meski tidak berinteraksi secara langung, burung hantu merupakan salah satu hewan yang keberadaannya cukup erat dengan kehidupan manusia. Kelompok aves ini diketahui selaku satwa buas yang tergolong dalam jenis karnivora atau pemakan daging. Akan namun tidak jarang penghobi yang menjinakkan satwa ini untuk dijadikan hewan peliharaan.





Sama halnya dengan kelelawar, burung hantu juga masuk dalam jenis hewan nokturnal, adalah binatang yang beraktivitas di malam hari. Burung ini sering kali dijadikan simbol tertentu di beberapa wilayah sebab sifat dan karakteristiknya yang khas. Sebaran burung ini cukup luas di dunia dan terbagi menjadi beberapa jenis.






Taksonomi





Tidak ada sumber pasti yang menyebutkan mengapa satwa dengan nama lain owl ini diberi nama burung hantu. Hanya saja sudah menjadi rahasia umum di penduduk Indonesia jikalau hewan yang aktif pada malam hari dianggap selaku membuktikan kematian. Alasan inilah yang paling banyak diyakini oleh penduduk luas.





burung hantu terbang




Namun pada kenyataannya tidak semua daerah di Indonesia menyebut satwa ini sebagai burung hantu. Contohnya, di Jawa burung pemakan daging ini diketahui selaku dares dan manuk dares yang artinya tidak berkaitan sama sekali dengan kematian. Bahkan di Indonesia kawasan barat justru dianggap selaku simbol akal.





Berikut ini yakni taksonomi dari burung hantu, yakni:





KingdomAnimalia
FilumChordata
SuperkelasTetrapoda
KelasAves
SuperordoStrigimorphae
OrdoStrigiformes
FamiliStrigidae
GenusKetupa
SpesiesKetupa ketupu  




Morfologi





Ciri morfologi burung hantu terletak pada bagian wajahnya, adalah satwa ini mempunyai mata yang sungguh unik dan berbeda dengan jenis burung lainnya. Jika kebanyakan golongan aves mempunyai mata menghadap ke samping, maka mata burung ini menghadap ke depan. Selain itu ukuran matanya juga sangat besar dengan warna kuning terperinci.





Sebagai jenis karnivora, burung hantu memiliki bentuk paruh seperti dengan burung rajawali jawa. Paruh tersebut berupa bengkok dan tajam menyesuaikan dengan jenis makanannya, yakni daging.





Hal unik juga terletak pada bab leher burung ini, yaitu dapat berputar hingga 180 derajat. Oleh karena itu jangan heran kalau dikala tubuhnya menghadap ke depan, namun wajahnya menghadap ke belakang.









Area tampang burung ini dikelilingi oleh bulu-bulu dan karakter parasnya berupa love. Hal tersebut menjadi pesona dan keunikan tersendiri bagi hewan malam ini, tetapi sekaligus menjadikannya terlihat menakutkan. Umumnya warna bulu satwa ini ialah cokelat dan abu-abu yang dipadukan dengan bercak hitam putih.





Ekor burung hantu rata-rata berskala pendek. Akan tetapi satwa dengan nama Latin Ketupa ketupu ini memiliki sayap yang hebat besar dan sungguh lebar. Ketika burung ini merentangkan sayapnya, maka lebarnya mampu setara tiga kali dari panjang tubuhnya sendiri.





Selain itu kaki burung hantu juga dikenal sungguh besar lengan berkuasa dan terampil, sehingga bisa mencengkeram sesuatu dengan begitu eratnya. Kekuatan cengkeraman dan paruh tajam inilah yang dimanfaatkan untuk berburu dan menangkap mangsa dengan cepat.





Habitat dan Sebaran





Burung hantu termasuk jenis satwa yang mampu hidup di banyak sekali keadaan lingkungan, kecuali gurun dan kawasan kutub. Akan tetapi hewan nokturnal ini bekerjsama lebih bahagia tinggal di habitat terbuka seperti tepi sungai, pekarangan, perkotaan, kebun, padang rumput, semak-semak, sawah, serta area atau pinggir hutan yang tidak begitu lebat.





Ketinggian habitat yang disenangi oleh satwa ini ialah dataran rendah pada ketinggian 1.500 hingga 2.000 meter di atas permukaan laut. Meski berada di ketinggian tersebut, burung ini akan menentukan daerah yang tidak memiliki suhu rendah. Berdasarkan naluri, rata-rata burung hantu menghindari hutan sebab tingkat perburuan di tempat tersebut sungguh tinggi.





Meski menyukai habitat terbuka, faktanya burung hantu membangun sarang di daerah yang jauh dari pemukiman penduduk. Sarang tersebut berada di atas ranting pohon-pohon yang sungguh tinggi, di mana terdapat lubang atau celah, salah satunya jenis pohon suntuk sarang burung ini ialah pohon palem.





Sebagian burung hantu juga menciptakan sarang di atap bangunan atau bagian-bagian rumah yang jarang terjamah oleh manusia. Lokasi ini akan memudahkan untuk keluar setelah hari gelap. Satwa ini akan meninggalkan sarangnya pada waktu malam hari untuk beraktivitas mencari mangsa.





Area terbuka digemari oleh burung ini karena memudahkan binatang malam ini untuk mencari mangsa, contohnya di sekitar sungai dan kawasan persawahan. Keberadaan burung hantu di persawahan memiliki faedah besar bagi petani, sebab burung ini akan memangsa hama mirip tikus, kodok, dan serangga yang menghancurkan flora. Oleh alasannya adalah itu, burung ini juga disebut teman petani.





Persebaran satwa ini hampir terdapat di berbagai bagian bumi kecuali kutub dan gurun. Mulai dari Amerika Utara selain Kanada, Amerika Selatan, Amerika Tengah, sebagian besar Benua Eropa, tempat sub-sahara di Benua Afrika, India, Timur Tengah, Asia Tenggara, dan Timor Leste.





Status Kelangkaan





Berdasarkan data dari International Union for Conservation of Nature (IUCN) Red List, dikenali bahwa burung hantu atau owl dengan nama Latin Ketupa ketupu masuk dalam klasifikasi Least Concern atau LC. Status tersebut diperoleh hewan nokturnal ini pada tahun 2016 silam.





Maksud dari status Least Concern yakni mempunyai risiko rendah, artinya spesies ini tidak masuk dalam satwa kategori terancam atau hampir punah. Kondisi ini tidak lepas dari fakta ada terlalu banyak spesies yang tersebar di aneka macam bagian dunia. Hanya saja status kelangkaan tersebut mungkin berbeda untuk spesies burung yang lain.





Perilaku & Karakteristik





Burung hantu adalah pengintai yang sungguh tajam dan terpelajar. Satwa ini terkenal berperilaku membisu dan tidak mengeluarkan bunyi bahkan pada ketika terbang. Burung ini lebih sering dijumpai mematung serta tidak banyak melakukan gerakan. Hal tersebut menjadikan keberadaan satwa nokturnal ini sukar untuk dideteksi.





Ada beberapa spesies burung hantu dengan kemampuan mengukur jarak buruan serta posisi mangsanya secara akurat dalam keadaan gelap total. Kemampuan ini diperoleh dari pendengarannya yang tajam dan bulu-bulu wajah yang berfungsi seperti radar untuk mengarahkan pada sumber suara.





Rata-rata fauna ini melaksanakan perburuan mangsa di waktu malam. Akan tetapi ada juga yang berburu menjelang subuh atau ketika keadaan hari sudah mulai remang-remang. Asa hal yang juga mempesona, ialah ada beberapa spesies yang justru berburu pada sore hari atau krepuskular dan juga siang hari.





Pada siang hari burung hantu akan menghabiskan waktu dengan tidur di dalam sarangnya yang terlindungi oleh dedaunan. Kemudian pada dikala malam tiba hewan ini akan mulai mengeluarkan bunyi dari dalam sarangnya dan hal ini terus berjalan termasuk ketika satwa ini keluar dan mengelilingi sarangnya sambil terbang.





Binatang nokturnal ini juga mempunyai kebiasaan untuk melindungi kawasan teritorialnya. Upaya menandai daerah kekuasan ini jugalah yang membuat burung hantu akan mengeluarkan suara dan mengelilingi sarangnya pada waktu malam hari. Apabila ada musuh yang mendekat daerah teritorinya, maka satwa ini akan bersiaga untuk melaksanakan perlawanan. 





Reproduksi





Ketupa ketupu atau burung hantu yakni kalangan ovipar, yaitu perkembangbiakannya dilaksanakan dengan cara bertelur. Jumlah telur yang dihasilkan pun tidak terlalu banyak, yakni cuma sekitar satu butir sampai empat butir saja. Namun jumlah telur tersebut bergantung pada spesies dari burung itu sendiri.





Kematangan reproduksi akan dimulai sekurang-kurangnyasetahun setelah menetas dari telurnya. Waktu yang cukup sepadan dengan jumlah telur yang dihasilkan. Umumnya setiap burung hantu yang memiliki telur akan merawat anaknya hingga usia remaja dan gres melepaskan setelah dirasa bisa untuk mencari makan sendiri.





Masa perkembangbiakan burung hantu bergantung pada jenis spesiesnya, mirip pada musim semi di kawasan beriklim sedang. Kegiatan ini juga dipengaruhi oleh keadaan cuaca di kawasan tinggal, penyakit yang dimiliki, ketersediaan materi masakan, tingkat persiangan dengan burung lain, serta kecocokan dengan pasangan.





Tidak jauh berbeda dengan hewan lainnya, burung hantu juga akan mengeluarkan bunyi tertentu saat ingin kawin. Jantan akan melaksanakan perjuangan untuk menarik minatbetina melalui beberapa cara tertentu. Selain bersuara, hewan ini akan mengubah sikap mirip gaya terbang khusus dan memberi masakan. Usaha ini dianggap sukses bila betina datang ke sarang jantan.





Jenis Burung Hantu





Burung hantu atau owl terbagi menjadi beberapa spesies yang sungguh variatif. Apabila dikonversi jumlah yang sudah terverifikasi mencapai kurang lebih 222 jenis. Semua spesies tersebut menyebar di berbagai penjuru dunia dan masing-masing mempunyai keunikan tersendiri.





Secara umum burung hantu dibagi menjadi dua, yakni Strigidae atau burung hantu sejati dan Tytonidae atau burung hantu serak. Berikut ini yaitu berbagai macam burung hantu dari berbagai jenis yang ada di dunia, antara lain:





1. Burung Hantu Serak Jawa





Burung Hantu Serak Jawa ialah bab dari kelompok Tytonidae. Nama Latin dari jenis ini yakni Tyto alba dan diketahui mempunyai keayuan yang sangat khas. Daya tariknya terletak pada bagian paras yang berupa hati, sehingga menjadikannya sangat gampang dimengerti.





Burung Hantu Serak Jawa




Ukuran tubuh Burung Hantu Serak Jawa sekitar 34 cm dan memiliki tekstur bulu yang sungguh menawan. Bulu spesies ini sungguh halus apabila diraba, sedangkan bulu di bab sayapnya memiliki tekstur licin dan berwarna kecokelatan. Bulu di bagian bawahnya sedikit berbeda dengan warna putih berpadu bintik-bintik hitam.





Jenis burung hantu ini banyak menjadi predator tikus di sawah dan perkebunan, utamanya di Indonesia. Maka dari itu pemerintah mulai mencanangkan acara penangkaran Burung Hantu Serak Jawa untuk menolong mempertahankan tanaman petani dari serangan hama. Sebab sesudah lewat analisis ternyata kalangan aves ini lebih efektif mengontrol hama tikus dibanding satwa lainnya.





2. Burung Hantu Celepuk Reban





Burung Hantu Celepuk Reban adalah kelompok burung hantu sejati atau Strigidae dengan nama Latin Otus lempiji. Spesies satu ini menyebar di sepanjang daerah Asia Selatan dan dapat pula ditemukan di Indonesia. Misalnya di Sunda, disebut selaku bueuk dan di Jawa dengan nama manuk kuwek.





Burung Hantu Celepuk Reban




Jenis burung hantu ini menempati habitat di kawasan ketinggian sekitar 1.600 meter di atas permukaan laut. Umumnya mereka bersarang di lubang kayu yang berada di atas pepohonan tinggi. Burung Hantu Celepuk Reban sering beraktivitas di sekeliling perkebunan dan pekarangan rumah.





3. Burung Hantu Salju Putih





Burung Hantu Salju Putih adalah kalangan salah satu jenis yang banyak diperjualbelikan karena memiliki tampilan yang elok dan mempesona. Sesuai dengan namanya, burung satu ini cuma dapat hidup di daerah yang memiliki trend salju, misalnya di daerah Eropa.





Burung Hantu Salju Putih




Bulu spesies ini berwarna putih bersih layaknya salju dan memiliki bentuk badan elegan dan rapi. Ukuran tubuhnya tidak terlampau besar, cuma sekitar 30 hingga 35 cm. Seperti burung hantu lain, wajahnya berbentuk hati dan sering dijadikan selaku peliharaan oleh manusia.





4. Burung Hantu Ketupa





Burung Hantu Ketupa




Burung Hantu Ketupa juga disebut selaku buffy fish ialah salah satu jenis burung yang kerap diperdagangkan. Ukuran tubuh spesies ini sekitar 50 cm dan mempunyai bulu indah. Warna bulunya meliputo krem sampai cokelat dengan bulu yang menjuntai ke bawah memberi kesan glamor.





5. Burung Hantu Kelabu Besar





Burung Hantu Kelabu Besar adalah kalangan Strigidae dengan aksara tampang yang menyeramkan. Spesies ini adalah satu-satunya kelompok yang digambarkan dalam dongeng perjalanan keliling dunia Johann Reinhold Foster pada tahun 1722.





Jenis ini juga lazimdisebut dengan nama great gray owl dan strixx nebulos. Arti kata ‘nebulos’ yakni berkabut, makna ini diambil dari warna bulu Burung Hantu Kelabu Besar yang ibarat kabut. Beberapa nama lain dari jenis ini ialah phantom of the north, lapland owl, cinerous owl, sooty owl, spruce owl, bearded owl, dan grear gray ghost.





Burung Hantu Kelabu Besar




Nama tersebut bergantung pada wilayah yang ditinggali oleh burung hantu ini. Persebarannya mencakup daerah Kanada, California, Amerika Serikat, dan juga Alaska. Mangsa dari spesies ini yakni vole, binatang pengerat yang mirip tikus namun berbadan lingkaran dan berukuran kecil.





Spesies ini yaitu salah satu burung hantu yang aktif tidak cuma di malam hari, tetapi juga pada saat remang-remang menjelang subuh dan siang hari dikala sedang bertelur. Saat ekspresi dominan hambar binatang ini memiliki kebiasaan untuk mengumpulkan mangsa lebih banyak dibanding pada ekspresi dominan panas.





Ukuran tubuh Burung Hantu Kelabu Besar sekitar 64 sampai 68 cm dengan berat badan 790 hingga 1.454 gram. Jika hidup di dalam penangkaran, satwa ini mampu bertahan sungguh lama, yakni sampai usia 40 tahun. Akan tetapi dikala berada di alam liar tidak jarang didapatkan mati akibat kurangnya persediaan makanan. 





6. Burung Hantu Pere David





Burung hantu Pere David adalah salah satu kalangan burung hantu sejati dengan nama Latin Strix davidi yang mempunyai morfologi berlainan dari spesies yang hidup di Indonesia. Satwa ini dimengerti hidup di sepanjang wilayah pegunungan China Tengah tepatnya di Qinghai dan Sichuan.





Terdapat fakta menawan ihwal Burung Hantu Pere David, ialah spesies ini dikenal sebagai satwa yang dianggap mendatangkan petaka. Bahkan menurut kisah dari bangsa Romawi Kuno, dimengerti bahwa burung ini dipercaya selaku burung pemakan daging dan darah seperti vampir.





7. Burung Hantu Elang Andaman





Burung Hantu Elang Andaman masuk dalam golongan Strigidae. Spesies ini masuk dalam genus Ninox dan merupakan satwa endemik yang hanya mampu hidup pada daerah tertentu di dataran India. Banyak orang yang juga memasukkan spesies ini dalam jenis Pere David.


0 Response to "Burung Hantu – Taksonomi, Morfologi, Sikap, Jenis & Kelangkaan"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel